welcom

Comment Pictures: MyNiceProfile.com Comments Pictures

Jumat, 13 Desember 2013

BEDAH JURNAL



BEDAH JURNAL
(Good Coorporate Government & Good Public Goverment)

A.      Kegagalan Penerapan Good Coorporate Governance Pada Perusahaan Publik di Indonesia.
B.      GCG Sebagai Prinsip Implementasi Corporate Social Responsibility.
C.      Pengaruh Penerapan GCG Terhadap Kinerja Keuanagn Perusahaan.
D.     Pengaruh Kinerja Keuanagn Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan CSR dan GCG Sebagai Variabel Pemoderasi.
E.      Pengaruh GCG Berdasarkan Coorporate Governance Perception Index(CGPI) Terhadap Kinerja Keuanagn Perbankan di Bursa Efek Indonesia.

1.    Latar Belakang
2.    Variabel, Data, dan Ukuran
3.    Cara pengumpulan data
4.    Analisis
5.    Hasil
6.    Pendapat/Komentar saya

1.    Latar Belakang

Dalam rangka Recovery Economy, pemerintah Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) memperkenalkan dan mengintroduksir konsep good corporate governance (GCG) sebagai tata cara kelola perusahaan yang sehat (Sulistyanto & Lidyah, 2002). Konsep ini diharapkan dapat melindungi pemegang saham (stockholders) dan kreditur agar dapat memperoleh kembali investasinya.
Fungsi tujuan GCG adalah (1) mekanisme pengawasan dewan komisaris (board of director) dan komite audit (audit committee) suatu perusahaan tidak berfungsi dengan efektif dalam melindungi kepentingan pemegang saham dan (2) pengelolaan perusahaan yang belum profesional. Sehingga penerapan konsep GCG di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan pemegang saham tanpa mengabaikan kepentingan stakeholders.

Pendahuluan

Good corporate governance secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparans terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder (YPPMI & SC, 2002). Atau secara singkat, ada empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep GCG ini, yaitu fairness, transparancy, accountability, dan responsibility. Keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip GCG secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan (Beasly et al., 1996). Chtourou et al. (2001) juga mencatat prinsip GCG yang diterapkan dengan konsisten dapat menjadi penghambat (constrain) aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan.

Rekayasa kinerja yang dikenal dengan istilah earnings management ini sejalan dengan teori agensi (agency theory) yang menekankan pentingnya pemilik perusahaan (principles) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada profesional (agents) yang lebih mengerti dan memahami cara untuk menjalankan suatu usaha (YPPMI & SC, 2002). Namun pemisahaan ini mempunyai sisi negatif, keleluasaan manajemen untuk memaksimalkan laba akan mengarah pada proses memaksimalkan kepentingan manajemen sendiri dengan biaya yang harus ditanggung pemilik perusahaan. Kondisi ini terjadi karena asimetri informasi (information asymmetry) antara manajemen dan pihak lain yang tidak mempunyai sumber dan akses yang memadai untuk memperoleh informasi yang digunakan untuk memonitor tindakan manajemen (Richardson, 1998; DuCharme et al., 2000).
Rekayasa ini merupakan upaya manajemen untuk mengubah laporan keuangan dengan tujuan untuk menyesatkan pemegang saham yang ingin mengetahui kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang mengandalkan angka-angka akuntansi yang dilaporkannya (Healy & Wahlen, 1998; DuCharme et al., 2000). Sehingga secara prinsipil manipulasi ini tidak sejalan dengan semangat GCG.
Indonesia mulai menerapkan prinsip GCG sejak menandatangani letter of intent (LOI) dengan IMF, yang salah satu bagian pentingnya adalah pencatuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan-perusahaan di Indonesia (YPPMI & SC, 2002). Sejalan dengan hal tersebut, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan standar GCG yang telah diterapkan di tingkat internasional. Namun, walau menyadari pentingnya GCG, banyak pihak yang melaporkan masih rendahnya perusahaan yang menerapkan prinsip tersebut. Masih banyak perusahaan menerapkan prinsip GCG karena dorongan regulasi dan menghindari sanksi yang ada dibandingkan yang menganggap prinsip tersebut sebagai bagian dari kultur perusahaan. Selain itu, kewajiban penerapan prinsip GCG seharusnya mempunyai pengaruh yang positif terhadap kualitas laporan keuangan yang dipublikasikan. Maka atas dasar uraian tersebut dan sejalan dengan penelitian Chtourou et al. (2001), penelitian ini ingin menguji apakah penerapan prinsip GCG mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan yang diukur dari keberhasilan ditekannya upaya rekayasa yang dilakukan manajemen.

2.    Variabel, Data, dan Ukuran


a.    Variabel :

è ROA (Return On Asset)
è CAR (Capital Adequacy Ratio)
è LDR (Loan to Deposit Ratio)
è ROE (Return On Asset)
è BOPO (Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional)

b.    Data

è Primer
Data yang diambil maupun yang didapatkan dari sumbernya langsung.

è Sekunder
Data yang diambil dari laporan publikasi maupun informasi melalui media perantara.

c.     Ukuran

è Rata-rata (Mean)
è Standar Deviasi
è Varian
è Maksimum
è Minimum
è Sum
è Range
è Kurtosis
è Skewness

3.    Cara Pengumpulan Data

Dengan menggunakan data skala
·       Nominal

Skala yang digunakan tidak ada titik awal dan mengelompokan secara individual
Exp : A. Setuju B. Tidak Setuju

·       Ordinal

Skala urutan ada perbedaan titik peringkat diguakan yang lebih tepat
Exp : 1. Kurang 2. Kurang Baik 3. Baik 4. Baik Sekali

·       Interval

Skala yang membedakan kategori dengan jarak tertentu
Exp : 155 – 159, 160 – 179

·       Rasio

Skala yang memiliki nilai mutlak dan memiliki nilai tertinggi
Exp : 1 : 2

4.    Analisis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan diantara variabel-variabelnya. Sehingga menggunakan metode statistic untuk menganalisisnya. Metode analisis tersebut adalah metode kuaantitatif dengan menggunakan statistic dan pengujian data sebgai berikut :

a.    Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis yang menggambarkan fenomena atau karakteristik dari data. Analisis deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), Standar Deviasi, Varian, Maksimum, Minimum, Sum, Range, Kurtoris, Skewness.

b.    Uji Normalitas

Uji ini digunakan dalam tahap awal dalam metode pemilihan data. Jika data normal digunakan uji parametric dan jika tidak normal digunakan uji non parametric atau treatmen agar normal.

c.     Analisis Regresi Linier Berganda

Uji ini digukana untuk mengetahui hubungan linier antara variabel terikat dengan variabel bebasnya diperoleh persamaan.

5.    Hasil

Penelitian ini bertujuan untuk mendukung dugaan bahwa penerapan prinsip good corporate governance (GCG) secara signifikan akan mengurangi upaya rekayasa keuangan yang dilakukan manajemen. Namun penelitian ini tidak berhasil membuktikan dugaan tersebut, karena dari hasil uji beda terbukti tidak adanya perbedaan tingkat rekayasa antara sebelum dan sesudah kewajiban penerapan prinsip tersebut, sehingga bisa disimpulkan bahwa GCG belum berhasil diterapkan di Indonesia. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian-penelitian terdahulu yang menguji hubungan penerapan prinsip tersebut dengan rekayasa (earnings management) yang dilakukan manajemen perusahaan, misalnya Beasly (1996), McMullen & Randghun (1996), Westphal & Zajac (1997), Abbott et al. (2000), Carcello & Neal (2000), Chtourou et al. (2001), Dezoort & Salterio (2001). Selain hasil tersebut, hal menarik yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu (1) manajemen memilih menggunakan item aktiva tetap dan jangka panjang sebagai dasar rekayasa keuangan dan (2) manajemen menggunakan earnings management berpola income decreasing (penurunan laba) untuk melakukan rekayasanya yang diindikasikan dari nilai discretionary accruals yang negatif. Sedangkan setelah tahun 1998, income decreasing yang terjadi kemungkinan besar juga dipengaruhi oleh krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997-an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar